Kamis, 18 Desember 2008

DI KAIRO MENUNGGU HARI (Refleksi Diary Seorang Mahasiswi) MisSane



“Besok ada undangan g’ ya?” Tanya seorang mahasiswi penghuni asrama putri.

Hari-harinya dilewati dengan jadwal yang tak pasti. Tak tau lagi apa yang harus ia lakukan untuk esok hari ketika datang pagi atau nanti.


Tak terasa empat tahun sudah ia lalui masa kuliahnya di negeri para nabi ini. Masa kuliah yang dirasa tak berarti, tak harus masuk tiap hari, tak harus bangun tiap pagi.

Sembari mencoret-coret diary, ia mencoba mengenang masa-masa pertama kali ia datang ke negeri seribu menara ini.

Tahun pertama, ia sibuk di kepanitiaan, jadi budak organisasi pikirnya dalam hati. Dan disadarinya hampir ia hadiri semua kegiatan kemahasiswaan. Tahun pertama, tahun dimana ia masih menyimpan idealisme yang tinggi. “Aku Mahasiswa” dibacanya lagi tulisan besar yang mengawali buku diarynya di hari pertama ia memesuki university. Nasib pun sedang berpihak padanya, seakan ia tak ada kekurangan dalam hidupnya. Ia menikmati menjadi “Budak Organisasi” dan iapun lulus di ujian semester dua tingkat pertama.

Tahun ke dua, tidak dipungkiri lagi, semua organisasi melirik padanya, demi untuk sebuah rekrutmen! Iapun mencoba menjadi praktisi, ia memilih menjadi salah satu pengurus organisasi putri, wadah dimana ia mengekspresikan diri. Kepengurusannya pun berhasil, dan sekali lagi nasib pun sedang berpihak padanya. Ia menjadi mahasiswi berprestasi, aktif di organisasi, predikat jayyid juga ia raih. Seolah tak ada kekurangan lagi.

Tahun ketiga, ia merasa jenuh dengan apa yang ia lalui setiap hari, tak lagi ia aktif di organisasi. “Aku harus lebih baik lagi dalam studi.” Gumamnya saat itu. Tingkat tiga harus ia fokuskan pada kuliah, niatnya dalam hati sembari berjanji pada diri. Setiap hari ia selalu memperbaiki apa yang belum ia punyai. Dilihatnya rak buku, buku turast sudah memenuhi, cukup untuk dibawa bekal pulang nanti, gumamnya lagi. Iapun tak pernah malas untuk setor hafalan qur’an. Menjadi hafidzah adalah adalah cita-citanya dari sebelum ia datang ke negeri ini. Tapi pada akhir tahun ketiga itu ia mulai merasakan kejenuhan, tak lagi ia datang saat kegiatan kemahasiswaan, hanya beberapa acara yang ia hadiri, mwnyesusikan mood dalam hati. Ia merasa jemu dengan hari-hari yang ia lalui, mencoba untuk hadir setiap ada mata kuliah. Tapi disadarinya kegiatannya selama ini menguras cukup banyak energi. Setiap pergi kuliah, ia harus menunggu bus (sebuah tradisi yang baru ia sadari), ’seperempat hidup di Mesir, habis di mahattah’ belum lagi sesampainya dikuliah ia harus berebut kursi, hanya untuk bisa mendapatkan tempat duduk, maklum teman sekelasnya banyak sekali. Seusai kuliah ia pulang dengan tak lupa menanti bus lagi…

Esok hari ia memutuskan untuk tak kuliah lagi, ia lebih memilih mengurung diri dalam kamar, belajar dengan penuh konsentrasi.

Tahun keempat. Kiranya nasib selalu berpihak padanya, ia luluskan tingkat tiga, dan kini tinggal satu kali lagi masa ia menyelesaikan studinya. Tapi entah mengapa perasaan jemu selalu menggelayut pada pikiran dan hati. Ia melakukan rutinitas sebagaimana hari-hari yang ia lalui. Kali ini ia lebih konsentrasi dalam studi. Dalam satu hari tak ada acara lain yang dihadapinya kecuali belajar maximal, istirahat cukup dan makan teratur. Selalu dan selalu begitu tiap hari. dan tiap hari…

“Besok ada undangan g’ ya?” Tanyanya lagi mengagetkan lamunan. Kali ini hari-hari jemunya selalu dihibur dengan datangnya undangan untuk sekedar menghadiri acara pernikahan teman-temannya (maklum tingkat akhir) atau undangan kegiatan kemahasiswaan yang sekali lagi ia juga harus memilihnya sesuai dengan selera hati. Tingkat terakhir ini tak menjadi tahun terakhirnya di negeri ini. Keberuntungan kali ini sedang tak ada dalam genggamannya, ia menyisakan empat madah di tingkat terakhirnya. Hanya sedikit rasa kecewa yang didapatinya, ia sadar hanya nasib baik kali ini saja yang sedang tidak memihak padanya. Tak surut semangatnya untuk selalu belajar lagi dan lagi…

Tapi kali ini ia akan mengubah tradisi. Ia akan MENYAMBUT MATAHARI dan tak lagi MENUNGGU HARI.

Semifiktif semangat hati,

untuk sobatku yang aku sayangi, N–H

Selamat atas kelulusannya,

Semoga keterima S2 Azharnya.

Selamat menyambut matahari.

Tidak ada komentar: